Friday, 13 March 2015

Seperti Apa Kejujuran Polisi Aiptu Jailani

Setelah Jenderal Hoegeng meninggal, rasanya sulit sekali menemukan polisi jujur dan tegas di Indonesia. Dewasa ini, personel Korps Bhayangkara lebih dikenal dengan penegak hukum yang semakin dekat dengan perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)Tak cuma setingkat jenderal, polisi kelas bawah pun kini dipandang negatif. Polisi dianggap profesi yang gampang disuap terlebih untuk memuluskan perkara.

Di tengah derasnya kritik tajam itu, ternyata masih ada sosok polisi yang tetap menempatkan dirinya sebagai pengayom masyarakat. Dia adalah anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur, Aiptu Jailani. Meski pangkatnya baru seorang bintara, ketegasan dan kejujuran Jailani patut diacungi jempol. Predikat polisi lalu lintas yang akrab dengan kata damai atau 86 bagi pelanggar, tak berlaku untuknya.

Pola pikir seperti ini ingin diubah Jailani. Baginya, siapa pun yang melanggar aturan hukum harus ditindak. Baik itu pejabat negara atau rakyat biasa kalau salah dan melanggar lalu lintas pasti disikat dan mendapat surat ’sakti’ tilang darinya. Termasuk istrinya sendiri. Lucunya, ketegasan Jailani membuat dirinya lebih tenar dari pimpinannya di Polres Gresik. Sejumlah penghargaan pun diraihnya. Baginya ini sangat membanggakan. Maka itu dia berjanji terus sikap tak kenal komprominya

Berikut sikap jujur Aiptu Jailani lainnya yang bisa menjadi teladan rekan-rekannya sesama anggota polisi :

1. Tilang istrinya

Jailani mengaku pernah menilang petinggi Polri, TNI hingga pejabat negara. Yang lebih parah, istrinya sendiri pun pernah ditilang. Ceritanya, saat dia mengamankan acara Car Free Day (CFD), istrinya Rahmawati, melintasi gang kecil dan terjebak di jalur CFD. Oleh polisi lain, Rahmawati diarahkan keluar dari area CFD. Sayang, pelanggaran itu, diketahui suaminya yang tengah men-sweeping pengendara motor yang melanggar rambu CFD. Rahmawati pun mendapat tilang dari sang suami. “Untung hari itu, hanya teguran tilang simpatik saja, sehingga istri saya tidak sampai disidang. Dan untungnya juga, istri saya mau mengerti dan memahami tindak tegas saya. Justru dia mendukung aksi saya,” ungkap Jailani sembari tersenyum geli.

2. Tilang petugas KPK

Sebagai polisi lalu lintas, Jailani akrab dengan semua lapisan masyarakat. Hal itu pulalah yang membuatnya tak pandang bulu saat menindak orang yang melakukan pelanggaran di jalanan. Baginya, setiap kendaraan yang tak patuh harus dihukum dengan sanksi tilang. Persoalan siapa yang ada di dalam atau pemilik kendaraan itu, urusan kedua. Yang jelas, orang hebat tak kebal hukum. Ceritanya, suatu hari Jailani sedang mengatur lalu lintas. Tiba-tiba dia melihat ada mobil yang menerobos lampu merah. Tanpa tedeng aling-aling, dia langsung mengambil kendaraan dan mengejar mobil itu. “Saat mobil sudah saya hentikan, saya mencatat surat tilang, lalu si pengemudi keluar dan menyodorkan uang Rp 50 ribu kepada saya,” ungkap Jailani.

Entah itu bagian dari jebakan atau memang sengaja menguji kejujuran Jaelani, bapak dua anak ini langsung menolak. Tapi si pengemudi tak kehabisan akal, dia coba membuat Jailani takut dengan mengeluarkan tanda pengenal sebagai anggota KPK sambil meminta ‘damai’. “Mesti begitu, ya tetap saya proses. Sebab cara mengemudinya, bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri,” kata Jailani tanpa menyebut nama si pengemudi sambil memperagakan cara anggota KPK itu memperlihatkan identitasnya.

3. Semprot perwira Polri yang parkir sembarangan

Tak hanya anggota KPK, Jailani juga pernah menilang seorang perwira dari Polda Jawa Timur yang tinggal di daerah Gresik. Gara-garanya, si perwira memarkir kendaraannya tepat di rambu larangan parkir. Padahal, mobilnya itu di depan rumahnya sendiri, yang berada tepat di pinggir salah satu jalan protokol. Melihat ada yang tak sesuai aturan, Jailani langsung mendatangi rumah si perwira dan mengetuk pintu rumah. Melihat yang datang adalah polisi yang berpangkat lebih rendah darinya, sang pemilik rumah marah dan mengancam akan melaporkan Jailani ke Kapolres Gresik.

“Saat itu, saya meminta surat-surat mobilnya untuk saya periksa dan beliau (si perwira Polda Jatim) bilang: Saya ini dari Polda loh Dik. Saya bisa saja meminta kapolres untuk memberi sanksi sama kamu. Tapi akhirnya beliau memahami soal aturan lalu lintas dan mengerti dengan tugas dan tanggung jawab saya sebagai petugas,” kata Jailani menceritakan pengalamannya. Tapi dia tak gentar. Dia tetap meminta si perwira memindahkan mobilnya.

4. Tegas dan disiplin pesan dari orang tua

Jailani sadar dia bekerja di tempat yang dekat kegiatan dengan suap menyuap. Untungnya pesan kedua orang tuanya selalu dia amalkan yakni jadi polisi disiplin dan jujur. Hal itulah yang buat diterapkannya dalam bekerja. “Terutama ibu saya. Beliau banyak mengajarkan pada saya soal kedisiplinan. Ibu saya adalah perempuan yang sangat disiplin, dan itu yang diajarkannya kepada saya. Selain ibu saya, tak ada orang lain yang mempengaruhi prinsip dan perilaku saya,” aku bintara 44 tahun tersebut.

5. Lebih puas dengan gaji kecil

Jailani memilih menjadi polisi yang selalu bersyukur dengan yang dia dapat. Pangkatnya baru Aiptu, tentu gajinya pun tak besar. Tapi dia tak memilih mendapatkan uang sampingan apalagi berasal dari suap menyuap. “Dari dulu, ketika saya mulai bertugas di kesatuan lalu lintas hingga sekarang, saya tidak mau dititipi. Tidak ada yang namanya tilang di tempat atau kata damai. Enak bagi yang mengerti, kalau tidak? Mereka pasti berpikir kalau uang titipan tilang itu masuk ke kantong saya. Makanya saya menolak keras titipan tilang. Kalau mereka memaksa, seperti pejabat-pejabat yang pernah saya tilang, pasti saya arahkan ke bagian administrasi operasional,” tegas Jailani.

Jailani enggan menyebut nominal gaji yang diterimanya sebagai bintara polisi. Meski tak besar, tapi menurutnya sudah cukup. Dia lebih senang menghidupi keluarganya dengan uang halal meski pas-pasan. “Cukup atau tidak, itu tergantung dari yang mengelolanya. Selama ini, semua gaji yang saya terima, saya serahkan ke istri saya. Cukup tidaknya itu tergantung bagaimana istri saya me-manage semua kebutuhan. Dan AlhamduliLlah, kami tidak merasa kekurangan selama ini,” ungkap dia.

Menurut Jailani, istrinya, Rahmawati (45), selalu mengelompokkan jumlah kebutuhan tiap bulan saat gajian. Sang istri pun punya cara unik untuk mengelola keuangan bulanan. “Tiap terima gaji, istri saya selalu menstaples uang untuk pengeluaran tiap bulan. Kebutuhan sekolah anak berapa, uang untuk belanja, rekening listrik, biaya tak terduga, uang saku saya dan lain sebagainya, distaples berbeda-beda oleh istri saya, sehingga kami merasa cukup dengan apa yang kami dapat,” ungkap Jailani lagi..

Sumber : merdeka.com

No comments:

Post a Comment