Recep Tayyip Erdogan, adalah Perdana Menteri Turki sejak 2003 lalu
hingga sekarang. Dia juga pimpinan partai terbesar dan pemenang pemilu
di Turki, Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP, Partai Keadilan dan
Pembangunan) yang ia dirikan pada 14 Agustus 2001.
Terbaru, dalam pemilihan daerah yang digelar 30 Maret 2014, AKP berhasil
memenangkan pemilihan dengan suara sebesar 45,56%. Dengan kemenangan
ini, sejumlah wilayah seperti Ankara dan Istanbul tetap dikuasai AKP.
Padahal sebelumnya, Erdogan dan kabinetnya didera isu korupsi yang
melibatkan anak-anak sejumlah menterinya. Aksi demonstrasi menuntut
Erdogan mundur yang berujung kerusuhan juga kerap terjadi. Apa yang membuat rakyat
Turki memilih Erdogan, seorang politisi yang disebut sebagai Muadzin
Istanbul dan partainya?.
Kesederhanaan Erdogan
Erdogan, adalah lelaki sederhana kelahiran sebuah desa kecil di Istanbul
pada 26 Februari 1954 silam. Sebelum mendirikan AKP, dia adalah
pengikut Partai Refah yang didirikan Necmetin Erbakan. Pada 1994-1998,
ia menjadi Wali Kota Istanbul Raya.
Salah satu kebiasaan Erdogan sejak menjadi Wali Kota Istanbul Raya
hingga menjadi Perdana Menteri pada Mei 2003 adalah menjaga untuk selalu
berbuka puasa selama bulan Ramadhan bersama keluarga fakir miskin
dengan ditemani istri tercintanya, Emine. Dia juga berbagi makanan
bersama orang miskin dan terlihat akrab dengan mereka.
Erdogan sangat dekat dengan orang di sekitarnya. Mungkin inilah salah
satu rahasia mengapa rakyat mencintainya. Sudah lama Turki tidak
memiliki seorang yang duduk dalam pemerintahan, yang dicintai oleh
rakyatnya.
Erdogan memiliki watak yang antusias dan lembut, secara singkat mungkin
kita menyebutnya "Tayyeb". Supel dalam bergaul merupakan unsur
terpenting dalam diri Erdogan. Meski tak dapat dipungkiri bahwa tubuhnya
yang ideal, tinggi dan memiliki suara yang keras, memberikan andil yang
besar ketertarikan orang kepadanya. Dia tidak hanya handal berbicara
tetapi juga seorang pendengar yang baik.
Erdogan sangat menghormati orang yang lebih tua dan orang-orang
tertentu. Dia tidak ragu-ragu mencium tangan orang-orang mulia. Erdogan
menjadi orang pertama yang memberikan kepercayaan kepada orang cacat
saat pemerintah mengabaikan mereka di berbagai bidang. Lukman Ayo,
seorang tuna netra pertama yang duduk di parlemen sepanjang sejarah
Turki.
Erdogan seorang pemberani. Erdogan berani menolak konspirasi proyek yang
terjadi di kotanya dan memberikan kesempatan proyek tersebut kepada
orang lain tanpa takut terhadap media. Dia juga tidak ragu-ragu
mengeksekusi villa milik mantan Presiden Thurgut Ozal yang tidak sesuai
UU.
Erdogan menegakkan dasar-dasar hukum, keadilan dan persamaan. Ini
terlihat saat dia memutuskan pelaksanaan hukuman terhadap keponakannya
sendiri yang terlibat perdagangan narkoba di Istanbul pada Februari 2010
lalu.
Uniknya, di tengah kesibukannya, Erdogan tidak pernah ketinggalan ikut
bertakziyah bagi orang Turki yang keluarganya meninggal dunia, ia bahkan
hadir dalam pemakaman. Dia juga selalu menghadiri undangan dari
organisasi-organisasi pemuda untuk bergabung dalam permainan sepak bola.
Prestasi Gemilang Erdogan
Saat menjabat Wali Kota, Erdogan sukses menanamkan sosoknya sebagai
penolong bagi orang-orang miskin dan yang membutuhkan. Ia memberikan
beragam bantuan kepada warganya. Ia juga menunjukkan dirinya sebagai
orang yang taat beragama dan menjalankan salat tepat pada waktunya.
Dalam pidato dan ceramahnya, ia selalu menyertakan dalil dari Alquran
dan hadits. Erdogan juga masih tetap tinggal di rumahnya yang sederhana
di Qasim Basya. Ia menolak pindah ke tempat lain yang layak bagi seorang
Wali Kota di Istanbul.
Erdogan secara gemilang sukses memimpin kota Istanbul. Ia mengeluarkan
Istanbul dari hutang milyaran dolar menjadi keuntungan dan investasi 12
milyar dan pertumbuhan tujuh persen. Semua ini dicapai Erdogan berkat
kecerdasan, sentuhan tangan dinginnya dan kedekatannya dengan
masyarakat, terlebih kaum buruh, karena Erdogan telah menaikkan upah
buruh, serta memberikan perlindungan dalanm bidang kesehatan dan sosial.
Persoalan terbesar yang pernah menimpa kota Istanbul mampu diselesaikan
Erdogan, di antaranya persoalan air bersih yang dialirkan ke
rumah-rumah, di mana jutaan penduduk tidak memperolehnya selama
bertahun-tahun. Sejak 1996, air bersih memancar di rumah-rumah warga
yang sudah lama mendambakan adanya mengalirnya air.
Selain itu Erdogan juga sukses mengentaskan kemiskinan, meresmikan situs
untuk melayani masyarakat untuk pertama kalinya, memperlihatkan
taman-taman umum, melestarikan lingkungan kota di kota yang ditinggali
kurang lebih seperlima penduduk Turki. Ia meningkatkan sumbangsihnya
terhadap masyarakat yang memujinya dengan apa yang menjadi kecenderungan
hatinya.
Apa rahasia kesuksesan Erdogan?. “Orang-orang bertanya kepada saya
tentang sebab kesuksesan saya dalam mengentaskan kota dari berbagai
persoalannya. Maka saya katakan, kami memiliki senjata yang tidak kalian
miliki. Senjata itu adalah keimanan. Kami memiliki akhlak Islam,
teladan bagi umat manusia, Rasulullah Saw,” jawab Erdogan.
Jalan Berliku
Sukses Erdogan bukanlah karena rekayasa popularitas atau pencitraan.
Kesuksesan dalam berpolitik dan memimpin negara ia rintis dari bawah.
Jatuh bangun ia aktif di partai politik, melalui jalan berliku yang
penuh rintangan. Pada 1998, pidatonya dalam konferensi umum Partai Refah
di Kota Sard, tenggara Anatolia mengantarkannya ke penjara selama empat
bulan. Saat itu ia mengutip puisi buatan Ziya Gokalp:
Masjid adalah barak kami
Kubah adalah penutup kepala kami
Menara adalah bayonet kami
Orang-orang beriman adalah tentara kami
Tentara ini yang menjaga kami.
Pengadilan negara di Diyabarkir menghukum Erdogan 10 bulan penjara.
Setelah dijalani empat bulan dia dibebaskan. Keluar dari penjara,
bersama sahabatnya, Abdullah Gul, Erdogan mendirikan AKP dengan strategi
perjuangan yang berbeda dengan Partai Refah. AKP berdiri pada 14
Agustus 2001, jeda beberapa bulan setelah kelompok lain mendirikan
Partai Sa’adah.
Erdogan mengajukan diri sebagai calon anggota dewan pada 2002, tetapi
ditolak Kejaksaan Agung. Bahkan pada 20 Oktober 2002, Erdogan mundur
dari komite pendiri partai untuk memenuhi putusan Mahkamah Konstitusi
yang dikeluarkan untuk partai dan Erdogan. Tetapi Erdogan berpendapat
tidak ada yang melarang dirinya untuk tetap melanjutkan kepemimpinannya
di partai, karena putusan MK hanya berkaitan dengan menjadi anggota
komite pendiri partai saja. Hal ini mendorong Jaksa Agung Sabih Guened
Augal untuk mengajukan gugatan ke MK pada 23 Oktober 2002 dengan
tuntutan pembubaran AKP karena dianggap tidak menjalankan keputusan yang
telah ditetapkan.
Pada November 2002, MK mengeluarkan keputusan yang memberi izin Erdogan
untuk melanjutkan kepemimpinan AKP dengan jaminan partai harus
mengajukan pembelaanya. Dengan demikian Erdogan tidak bisa menjadi
anggota dewan. Otomatis ini menghalangi dia menjadi perdana menteri
walaupun partai yang dipimpinnya memenangi pemilu. Tetapi kemudian
Erdogan dan tim penasehat hukumnya menemukan yurisprudensi, di mana pada
2001, MK juga pernah mengadili kasus serupa. MK waktu itu membebaskan
Hassan Jalal Ghozel, mantan Pimpinan Partai an-Nahdhah.
Pada Pemilu 22 Juli 2002, AKP berhasil memperoleh 323 kursi di parlemen.
Ini adalah kemenangan besar dan luar biasa. Baru satu tahun berdiri
langsung memperoleh kemenangan. Sayang, Erdogan tidak otomatis bisa
menjabat perdana menteri akibat kasus hukumnya. Ia pun menugaskan
Abdullah Gul, Presiden Turki sekarang yang juga mantan Menlu, untuk
memimpin pemerintahan dari 16 November 2002 sampai 14 Maret 2003. Pada
saat larangan beraktifitas politik dicabut, Erdogan kemudian meneriman
jabatan sebagai perdana menteri.
Kesuksesan AKP merupakan sejarah baru bagi parlemen Turki, di mana belum
ada satu partai pun yang pernah berhasil memimpin pemerintahan sejak
1987. Sementara Partai Republik Rakyat, wakil kaum sekuler hanya
mendapatkan 179 kursi saja.
Erdogan dengan partai barunya muncul di saat masyarakat Turki berada
dalam kondisi putus asa dan keterpurukan politik. Terkhusus lagi setelah
skandal yang ditampakkan oleh Dewan Keamanan Turki pada 2001, di mana
pemimpin-pemimpin pemerintahan pada masa itu telah melemparkan buku
perundang-undangan ke udara yang menyebabkan lenyapnya kepercayaan
masyarakat dan seluruh parpol. Pada Pemilu 2007 lalu, AKP sukses merebut
340 kursi parlemen (61%) yang mendudukkan Abdullah Gul pada kursi
presiden.
Apa yang membuat kemenangan AKP?. Tidak lain dan tidak bukan, AKP telah
membuktikan kesuksesannya selama memimpin. Pemimpin yang bersih,
sederhana dan mengakar ke rakyat, pemerintahan yang bersih dan sukses
meningkatkan perekonomian ekonomi adalah daya tarik utama warga memilih
AKP.
Keteguhannya memegang prinsip Islam juga menjadi daya tarik tersendiri
pada AKP. Di tengah sekulerisme Turki yang masih menggurita dan
mencengkeram kuat masyarakat, AKP memang tidak secara lantang seperti
Partai Refah melakukan perlawanan terhadap sekulerisme dan
menggantikannya dengan Islam. Tetapi, perlahan tapi pasti, Islamisasi di
Turki dijalankan. Larangan jilbab di lembaga pemerintahan Turki pun
dihapuskan. Setidaknya inilah pelajaran dari Erdogan, Sang Muadzin dari Turki dan AKP yang bisa dijadikan sebagai pelajaran.
Sumber: Suara Islam online
Artikel terkait: Inikah Dosa dan Kebodohan Presiden Erdogan
No comments:
Post a Comment