Pelayan Dua Tanah Suci Raja Salman bin Abdul Aziz menegaskan bahwa
operasi militer gabungan Dewan Kerja Sama Negara-Negara Arab Teluk (GCC)
bertajuk “Aashifatul Hazm” (Badai Penghancur) menumpas pemberontak
Syiah Al Hautsi (Syiah Al Houthi) di Yaman akan terus berlanjut sampai
mengembalikan pemerintahn Yaman dalam keadaan aman dan pemerintahannya
sesuai syar’i.
Hal tersebut disampaikan Raja Salman dalam sambutannya pada pembukaan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke-26 di kota Syarm el-Syeikh,
Mesir, Sabtu (28/03/2015) kemarin.
“Kami tegaskan bahwa operasi militer “Badai Penghancur” akan terus
berlanjut sampai mencapai targetnya, yaitu memberikan rasa aman kepada
Yaman, dengan izin Allah Ta’ala,” ujar Raja Salman seperti dikutip
alriyadh.com.
Raja Salman menjelaskan idiologi dan latar belakang diberlakukannya
operasi militer terhadap Pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman.
Usai membahas masalah terorisme pemberontak Syiah Al Hautsi di Yaman,
Raja Salman juga menyegarkan ingatan umat Islam agar tidak lupa masalah
umat Islam di tanah Syam, khususnya Palestina dan Suriah.
“Sesungguhnya urusan Palestina tetap menjadi hal terpenting bagi kami,
sebagaimana sikap Arab Saudi terhadap masalah ini dari dahulu untuk
terus memperjuangkan kemerdekaan bangsa Palestina dan berdirinya negara
Palestina yang berdaulat serta menjadikan kota Al-Quds yang mulia
sebagai ibu kotanya. Hal ini sejalan dengan keputusan Resolusi
Legitimasi Internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002,
keputusan ini disambut hangat oleh Dunia Internasional tetapi Israel
merasa tidak mengetahuinya,” tegas Raja Salman dalam sambutannya.
“Arab Saudi melihat bahwa telah tiba saatnya untuk menyadarkan kembali
dunia internasional tentang kewajiban mereka untuk menjalankan keputusan
Dewan Keamanan Inisiatif Perdamaian Arab,” lanjutnya.
Krisis Suriah tidak terlupakan dan menjadi perhatian penting Raja Salman
dalam KTT Liga Arab. Dalam sambutannya, Raja Salman menyampaikan
keprihatinan dan kesedihan mendalam terhadap kedzaliman yang terjadi di
Suriah.
“Krisis Suriah masih berputar pada tempatnya, penderitaan dan rasa sakit
masih dirasakan rakyat Suriah akibat ulah sistem pemerintahan yang
membombardir desa-desa dan kota-kota dari udara dengan gas beracun dan
bom peledak, sistem yang masih menolak semua upaya regional dan
internasional untuk solusi damai,” kata Raja Salman.
“Setiap upaya untuk mengakhiri tragedi Suriah harus berpegang pada
keputusan pertama Konferensi Jenewa, kita tidak bisa membayangkan
partisipasi dari tangan-tangan mereka yang diwarnai darah rakyat Suriah
untuk menentukan masa depan Suriah,” kata Raja Salman memberi isyarat
bahwa Suriah hanya mengharapkan partisipasi dari saudaranya seiman untuk
bangkit kembali.
Di samping membahas politik dan keamanan kekinian di atas, Pelayan Dua
Tanah Suci juga membahas masalah ekonomi, senjata nuklir dan senjata
pemusnah massal.
Raja Salman juga mengatakan, alasan serangan militer ke Yaman adalah
permintaan Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi yang meminta bantuan
Negara-negara Arab pasca ‘kudeta’ dan tekanan kelompok pemberontak
Al-Hautsi. (Hidayatullah)
Jika ada yang bertanya:
"Kenapa Raja Salman Saudi beserta
koalisinya justru menyerang Yaman dan tidak mengarahkan
pesawat-pesawatnya untuk membebaskan Palestina?"
Maka jawabannya adalah KISAH SHALAHUDDIN AL-AYYUBI berikut ini:
Ketika Shalahuddin al-Ayyubi memutuskan untuk menghancurkan kaum Syiah
Rafidhah dan Daulah al-'Ubaidiyyah di Mesir, ada bertanya:
"Mengapa Anda memerangi kaum Syiah Rafidhah dan Daulah al-'Ubaidiyyah di
Mesir, tapi membiarkan kaum Romawi Salibis (Kristen) menguasai Baitul
Maqdis dan wilayah Palestina?"
Shalahuddin al-Ayyubi menjawab: "Aku tidak akan memerangi kaum Salibis
lalu membiarkan 'punggung'ku tersingkap di hadapan kaum Syiah!"
Maka beliau pun membasmi Daulah Syiah al-'Ubaidiyah di Mesir, Maghrib
dan Syam. Setelah itu, beliau pun memimpin penaklukan kembali Baitul
Maqdis, membersihkan Masjid al-Aqsha dari kenistaan kaum Salibis dan
mengembalikan Palestina ke pangkuan umat Islam.
(Lihat: Kitab Sejarah al-Bidayah wa al-Nihayah oleh Imam Ibnu Katsir)
*berdasarkan status fb Syekh Abdullah al-Ramadhany
No comments:
Post a Comment