Habibie yang diangkat menjadi presiden setelah Soeharto memutuskan
mundur dari jabatannya berusaha keras agar rupiah tak terus melemah.
Berbagai cara dia lakukan agar rupiah kembali menguat dengan segala
cara. Selain mengalami tekanan dari dalam negeri, Habibie juga
harus berhadapan dengan intervensi ekonomi yang dipaksakan International
Monetary Fund (IMF). Lembaga moneter ini memaksa Indonesia agar
menghapus kebijakan subsidi, terutama BBM dan TDL. Namun, hal itu
ditolak Habibie.
Pertama, Habibie mempertahankan agar harga
BBM bersubsidi agar tetap terjangkau oleh rakyat yang terpuruk akibat
krisis. Harga Premium saat itu dipatok Rp 1.000, dan Solar Rp 550.
Keputusan ini mendapatkan kritik tajam dari IMF.
Kedua, Habibie saat itu
mengeluarkan sejumlah kebijakan guna memperkuat perekonomian nasional.
Langkah pertamanya adalah melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi
perbankan dengan membentuk BPPN dan unit Pengelola Aset Negara, kemudian
dilanjutkan dengan melikuidasi beberapa bank bermasalah.
Ketiga, Dia
juga membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar
negeri, dan mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF.
Untuk mendukung seluruh kebijakannya, dia mengesahkan UU No. 5 tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
dan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Menurut
Analis Millenium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono, upaya ini cukup
berhasil karena Habibie tidak menganut sistem pasar bebas hingga membuat
dolar berhasil ditekan.
"Kalau pemerintahan Presiden Habibie Rp
12.000 per dolar, mau dipatok Rp 8.000 per dolar. Jadi enggak menganut
pasar bebas seperti negara-negara Amerika Latin, berhasil ditekan suku
bunga di kisaran 10 persen," ujar dia, dalam wawancara dengan
merdeka.com, Kamis (11/6) lalu.
Upaya ini ternyata sukses membuat
rupiah terus menguat terhadap dolar. Saat menyampaikan laporan
pertanggungjawaban di hadapan MPR, nilai rupiah saat itu berada di level
Rp 6.500, suatu pencapaian yang belum bisa diikuti oleh presiden
setelahnya.
Sumber: Merdeka Online 26/8/2015
No comments:
Post a Comment